Mbak Zakiyah Sosok Kartini Di Dekatku

Sosok Kartini Di Dekatku ~ Kala menulis ini adalah saat dimana pagi datang, dimana baby-ku juga suami masih tertidur dan fajar bahkan belum juga hadir mencerahakan hari, nampak kakak iparku sudah terbangun juga  guna menyiapkan keperluan kedua buah hatinya, yang satu ke sekolah dan yang satu untuk di titipkan nanti di penitipan anak. Mbak Zakiya adalah kakak iparku yang memiliki 2 orang anak perempuan, dan bekerja sebagai pendidik mata pelajaran Sejarah di SMP Swasta Sunan Ampel, Poncokusumo.

Memiliki 2 orang anak perempuan yang satu adalah TK Kecil dan yang satu lagi masih umur 10 bulan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan sendirian, setiap hari bangun petang guna membuat bubur si kecil, merebus air hangat untuk mandi, memandikan satu persatu anak-anaknya, menyuapi yang pertama guna memastikan supaya tidak kelaparan saat nanti di sekolah, membawakan bubur tim ke tempat penitipan anak, belum lagi beliau sendiri juga harus mandi setelah semua anak-anaknya dirasa siap ke tempat masing-masing yang lantas berganti baju mengajar dan  mengantarkan anak pertama ke sekolah dalam keadaan mengendong bayi umur 10 bulan dimana tangan kanan mengendong, dan tangan kiri membawa payung dan tas mengajarnya.

Ini hanya kegiatan setengah harinya, dimana kalau beliau pulang dari mengajar. Mbak Zakiyah harus menjemput si kecil dulu dari tempat penitipan dan anak pertamanya yang sudah dahulu di jemputnya, dan ikut ke sekolah SMP Sunan Ampel karena kebetulan TK Aida dekat dengan SMP tempat mengajar beliau. Dan jangan disangka berangkat sekolah dan pulangnya naik motor ataupun mobil, tapi harus di tempuh dengan jalan kaki 500 meter setiap harinya.
Inilah hubbyku yang berfoto dengan 2 ponakannya si Aida dan Afifah, anak dari mbak Zakiyah
Beginilah kegiatan pagi mbak Zakiyah saat mengecek tas anak pertamanya

Lantas dimana peran suaminya??




Well, suaminya memiliki kegiatan lain untuk menopang kebutuhan hidup keluarga kecil ini, sang suami kerja di Surabaya dan hanya pulang 1 atau 2 minggu sekali, karena di Surabaya juga mengurus Panti Asuhan. Dan yang membuat saya kagum ialah walaupun jarak jauh, namun tetap saja komunikasi tetap ada. Memaknai kewajiban dalam keluarga juga memberikan ilmu serta bimbingan kepada murid didiknya.

Sering kali saya berfikir apa tidak lelah tiap harinya melakukan hal tersebut hingga malam hari sampai pada saat anak-anaknya tidur, bahkan saat mereka terlelap, beliau baru membuka catatan tentang apa yang tadi pagi di ajarkan kepada murid SMP-nya, kadangkala malah sambil membaca buku panduan mengajar beliau melipat baju, ditambah lagi sang anak k- dua juga masih dalam masa ASI, dan tidak menghendaki untuk ditambah dengan Susu Formula. Bisa dibayangkan pengorbanan kakak iparku ini, sepantasnya bagi saya, beliau di sebut sebagai sosok Kartini modern di daerah kami.

Tulisan ini diikutsertakan pada Kontes Blogger Kartinian yang diselenggarakan oleh Blog Fight Never Ending disponsori oleh Blogdetik.